Judul : Jatuh Cinta diam-diam
Penulis : Dwitasari
Penerbit :
plotpoint
Hal. Buku : 234 Halaman
Ilustrator ISI : Annisa Aprianinda
Setiap
orang punya caranya sendiri untuk mencintai, memilih untuk diam, memperhatikan
dari jauh, atau mendoakan diam-diam. Setiap orang mempunyai caranya sendiri
untuk jatuh cinta tanpa membaginya dengan orang yang dia cint. Setiap orang
juga punya cara sendiri untuk berbagi tawa dan menyembunyikan tangisnya
sendiri.
Setelah
sukses dengan Raksasa Dari Jogja, Dwitasari mengumpulkan 14 kisah ini. Kisah
tentang kebahagiaan mencintai dan kepedihan memendam cinta. Kisah tentang
orang-orang yang menyimpan sebuah nama di hati mereka. Kisah yang membuat kita
bertanya: apa halangan untuk menyatakan cinta.
14
kisah yang akan diceritakan didalam novel ini yaitu :
-
Rasa, Melihatmu, Di
Ujung Hari,
Dalam
Tawa,
Komedi
Kampus, Susu
Kaleng, Memilih Pertemuan
- ,Melepas
Matahari, Perpisahan
Sunyi, Pergi, Harapan
dan Bayangan , Diakhiri
Dengan Pelukan
Rasa
Saat itu empat tahun yang lalu saat
dalam keadaan hujan rintik-rintik , Seorang Pria kelahiran Wonogiri bertemu
dengan seorang wanita yang ingin mencari makanan buka puasa dalam jumlah yang
banyak. Pria itu hanya bisa membalas dengan anggukan lemah sambil membenarkan
topinya yang lusuh dan membasuh keringatnya dengan lap yang dikalunginya
dileher. Dia yang waktu itu baru datang ke Jakarta, hanya menyimpan satu
keinginan, membuat mie ayam paling enak dengan rasa yang pas, tidak terlalu
asin. Sejak hari itu, kami mempunyai hubungan yang cukup dekat. Dia kerap
mampir ke gereobak mie ayamku dan memesan banyak sekali mie ayam. Akhirnya aku
tahu dia memesan mie ayam untuk diberikan pada anak jalanan.
Hari berganti Minggu, daganganku lari
manis dan sering habis. Aku terpacu untuk membuat racikan terbaik untuk mie
ayamku, untuk mie ayam yang dia berikan untuk anak jalanan. Ketika sedang
meracik, tiba-tiba wajah wanita itu tergambar jelas di otak ku. Ketika kutatap
matanya yang bening, rasa lelahku berangsur sembuh. Namun, tajamnya tatapan
mata itu juga selalu membuat jantungku tertusuk dengan amarah yang sebenarnya
tak kupahami.
Ketika aku asik meracik bumbu mie ayam
dan memotong daging ayam sambil mendengar lagu kesukaanku”Ono Opo Awakmu” kudengar
ketukan pintu. Kulirik jam dinding dan terlihat pukul setengah dua belas malam.
Aku bertanya- tanya siapa yang bertamu malam-malam ditengah hujan seperti ini?
Aku ketakuan untuk membuka pintu karena beredar gosip ada nya kuntilanak yang
selalu mengganggu pria-pria bujangan. Kuberanikan diri untuk membuka pintu.
Perempuan itu masuk tanpa mengucapkan sepatah kata sapaan, dia malah memukul
bahuku. Aku menawarkan minuman Jahe hangat dan saling berbincang. Setelah kubuatkan
minuman hangat dan meletakan nya di meja
dan menawarkan minum air hangat terlebih dahulu. Wanita itu meminta tolong
untuk duduk disamping nya dan mendengarkan cerita nya, cerita mengenai hubungan
dengan pacarnya yang baru saja putus. Wanita itu menangis sejadi-jadinya saat
dia menceritakan hubungan wanita itu dengan pacarnya. Wanita itu terlalu sayang
dengan pacarnya. Aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa memberi komentar. Saat wanita
itu meminta jawaban atas semua cerita nya dan bilang “ Kamu Sakit? “ Aku
tertawa dalam hati. Seandainya dia tahu, sakitnya bukanlah sakit yang paling
sakit. Ketika berada didekatnya, aku tak bisa menyatakan perasaan ku. Aku hanya
pria yang senang menunggu, selalu menunggu, dan mengharapkan dia datang.
Terlalu tinggikah harapan seperti itu?
Apa yang lebih sakit daripada
ditinggalkan seseorang yang paling kau sayang? Tentunya saja ada. Ada yang
lebih sakit daripada itu. Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta
yang selalu bertumbuh itu tak pernah menyentuh dan menjamah. Ingin kukeluarkan
rasa yang sejak tadi tertahan di tenggorokan, namun ponsel nya berdering dan
melepas pelukan nya. Ternyata yang menelpon Pria itu lagi, dan pasti dengan
janji-janji baru serta dengan kebohongan manis yang baru dan dengan tipu daya
yang baru. Dia menutup telpon nya dan menatap mataku dengan sisa-sisa basah di
bola matanya. Aku tersenyum. Sekarang kubawa dia kedalam pelukan. Dibahuku dia
tersenyum haru dan dibahunya hatiku menangis pilu. Mungkin, lain kali, pada pelukan entah
yang keberapa, aku akan mengatakan aku mencintainya.
-
-
-
-
-
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar